Sebenarnya ini tulisan gabut aja sih. Karena yah, gak tau juga mau ngapain. Dan untuk Superheroes Time, tanggung untuk dibahas. Karena toh, episode minggu nanti pagi hanya sekedar episode filler untuk pelem tavvoran. Kaya'nya sih, gak tau jugalah yah. :v
Jadi, untuk mengisi kegabutan ini dan blog ini, ane akan bahas beberapa pemikiran ane mengenai Power Rangers Reboot Movie. Yang secara sekilas, ane ngelihatnya mulai banyak barisan manusia yang nge-roast ini film. Jadi, postingan ini ibarat DCL dari review sebelumnya. Tenang saja, DLC ini gratis. Sama kaya' DLC Not A Heronya Biohazard 7.
Ehem.
Jadi, ane udah banyak ngelihat ripiu dan ulasan yang memberi skor film ini sedikit diluar ekspektasi, alias 5 atau 3 kebawah. Banyak mengeluh tentang bagaimana cerita film ini, bagaimana renjernya cuman ada di akhir doang, bagaimana ternyata film ini menjadi film Power Rangers yang tidak sesuai ekspektasi penonton. Yang kalau ane sotoy, mengharapkan film ini mengandung unsur MMPR.
Oke.
Ane lurusin. Film ini adalah adaptasi. Menurut KBBI, adaptasi artinya adalah penyesuaian. Berarti, film ini disesuaikan menurut kebutuhan si sutradara dan penulis naskah. Dan, sebagai film adaptasi, Power Rangers bisa dibilang sukses untuk mengadaptasi MMPR, dan bahkan Zyuranger sebagai akar paling ujung. Ya, karena Geki dan kawan-kawan adalah pejuang jaman baheula dan kemudian bangkit lagi di jaman itu. Berarti sama saja dengan Zordon, yang dulu renjer di jaman dino dan memberikan kekuatannya kepada Jason cs di masa sekarang.
Dari segi cerita, di review ane mengapresiasi keberanian para storyboard dan screenplay untuk membuat naskah yang sedikit gelap. Walau masih setengah matang. Karena jujur saja. Kalau Power Rangers dihadirkan segelap BvS (karena seharusnya bisa saja) maka penonton lama dan baru pada kecewa dan situs tetangga bakal melempati tomat busuk ke filmnya itu. (BTW, F*ck You RT!) Justrul, naskah setengah matang ini yang membuat film jadi segar. Terutama dengan mengambil setting masa remaja, Jason dan kawan-kawan yang selalu kesulitan tapi tidak lupa untuk selalu bersenang-senang ketika ada waktu. Bahkan setelah selesai bertarung dengan Megazord, kemudian joget asoy dengan itu di depan penduduk lokal.
Soal karakter, yah... jangankan pelem dua jam. Tokusatsu dibawah 50 episode aja keteteran ngebuat para renjer mempunyai karater dan persona yang kuat. Di film ini, syukurlah kita bisa melihat Jason, Billy, dan Kimberly langsung punya karakter yang kuat. Trini dan Zack, mereka berdua memang telat untuk diperkenalkan. Tapi, masih bisa dibilang sukses "memperkenalkan diri" dengan adegan buka-rahasia itu. Jadi, untuk sebuah film 2 jam dan juga pondasi untuk mengawali sebuah universe, para karakter sudah bisa dibilang bagus. Lain hanya dengan Zordon, yang dengan fatalnya bukan menjadi mentor, tapi ane ngelihatnya malah jadi kepala tukang puku. Jelas, bukan Zordon yang kita kenal. Rita Repulsa... serasa kentang sebagai villain, juga Goldar. Susah untuk ane jelaskan, tapi yah, kalaupun dibuat versi seriusnya, seharusnya Rita harus kebagian nongol yang lebih dan motif yang lebih meyakinkan lagi.
Ada hal menarik yang mestinya disadari di film ini. Yaitu training Jason dan kawan-kawan untuk menjadi Rangers. Kecuali Rangers atau Sentai bertema military, police, ninja/samurai/martial arts lainnya, agak mustahil membayangkan seseorang langsung punya kemampuan dan mental untuk melawan monster. Juga, memang harusnya para Rangers tidak mudah untuk berubah. Karena sekali lagi, kebanyakan Rangers dan Sentai langsung begitu saja bisa berubah tanpa banyak halangan. Hampir separuh dari film ini tidak menampilkan Kimberly atau Trini dalam balutan suit Ranger. Sebagian orang mungkin kecewa, tapi ane tidak. Film ini sukses menggiring sebuah cerita hero, tanpa berusaha menjadi hero di menit pertamanya.
Intinya, Power Rangers adalah film yang tidak buruk, tapi bisa dipandang sebagai film yang baik (baik lho, bukan bagus) kalau dipandang secara umum. Karena, memang ada bolong-bolong di berbagai sisi. Tapi kalau fanboy yang oke-oke saja menerima sebuah perubahan, film ini adalah semacam air putih dingin di tengah oase. Mantab pak.
Kabar baiknya, dengan mid-credit yang menyebut nama Tommy Oliver, dan pengumuman resmi dari Om Haim Sabanhari, Power Rangers punya sekuel, setidaknya lima film. Mari berandai-andai, Rangers yang manakah yang akan dipakai selanjutnya untuk bahan film. Dan, filmnya juga makin bagus dan menggeser Marvel (tentu saja, harus) dan DC sebagai pemasok utama film super hero mainstream.
Akhir kata, semangat terus Tim Produksi Lionsgate dan Sabans Brand untuk film selanjutnya. Juga terima kasih buat reviewer yang sudah mengkritik film ini, ane sangat mengapresiasi. Tapi, sayangnya, ente pada ngritik ini film sebagai standalone dan melupakan bagaimana TV seriesnya. Tapi, yah... tetap terima kasih. Film ini memang tidak sempurna kok.
Yodah, segini sajalah.
Oyasumi...
Ehem.
Jadi, ane udah banyak ngelihat ripiu dan ulasan yang memberi skor film ini sedikit diluar ekspektasi, alias 5 atau 3 kebawah. Banyak mengeluh tentang bagaimana cerita film ini, bagaimana renjernya cuman ada di akhir doang, bagaimana ternyata film ini menjadi film Power Rangers yang tidak sesuai ekspektasi penonton. Yang kalau ane sotoy, mengharapkan film ini mengandung unsur MMPR.
Oke.
Ane lurusin. Film ini adalah adaptasi. Menurut KBBI, adaptasi artinya adalah penyesuaian. Berarti, film ini disesuaikan menurut kebutuhan si sutradara dan penulis naskah. Dan, sebagai film adaptasi, Power Rangers bisa dibilang sukses untuk mengadaptasi MMPR, dan bahkan Zyuranger sebagai akar paling ujung. Ya, karena Geki dan kawan-kawan adalah pejuang jaman baheula dan kemudian bangkit lagi di jaman itu. Berarti sama saja dengan Zordon, yang dulu renjer di jaman dino dan memberikan kekuatannya kepada Jason cs di masa sekarang.
Dari segi cerita, di review ane mengapresiasi keberanian para storyboard dan screenplay untuk membuat naskah yang sedikit gelap. Walau masih setengah matang. Karena jujur saja. Kalau Power Rangers dihadirkan segelap BvS (karena seharusnya bisa saja) maka penonton lama dan baru pada kecewa dan situs tetangga bakal melempati tomat busuk ke filmnya itu. (BTW, F*ck You RT!) Justrul, naskah setengah matang ini yang membuat film jadi segar. Terutama dengan mengambil setting masa remaja, Jason dan kawan-kawan yang selalu kesulitan tapi tidak lupa untuk selalu bersenang-senang ketika ada waktu. Bahkan setelah selesai bertarung dengan Megazord, kemudian joget asoy dengan itu di depan penduduk lokal.
Soal karakter, yah... jangankan pelem dua jam. Tokusatsu dibawah 50 episode aja keteteran ngebuat para renjer mempunyai karater dan persona yang kuat. Di film ini, syukurlah kita bisa melihat Jason, Billy, dan Kimberly langsung punya karakter yang kuat. Trini dan Zack, mereka berdua memang telat untuk diperkenalkan. Tapi, masih bisa dibilang sukses "memperkenalkan diri" dengan adegan buka-rahasia itu. Jadi, untuk sebuah film 2 jam dan juga pondasi untuk mengawali sebuah universe, para karakter sudah bisa dibilang bagus. Lain hanya dengan Zordon, yang dengan fatalnya bukan menjadi mentor, tapi ane ngelihatnya malah jadi kepala tukang puku. Jelas, bukan Zordon yang kita kenal. Rita Repulsa... serasa kentang sebagai villain, juga Goldar. Susah untuk ane jelaskan, tapi yah, kalaupun dibuat versi seriusnya, seharusnya Rita harus kebagian nongol yang lebih dan motif yang lebih meyakinkan lagi.
Ada hal menarik yang mestinya disadari di film ini. Yaitu training Jason dan kawan-kawan untuk menjadi Rangers. Kecuali Rangers atau Sentai bertema military, police, ninja/samurai/martial arts lainnya, agak mustahil membayangkan seseorang langsung punya kemampuan dan mental untuk melawan monster. Juga, memang harusnya para Rangers tidak mudah untuk berubah. Karena sekali lagi, kebanyakan Rangers dan Sentai langsung begitu saja bisa berubah tanpa banyak halangan. Hampir separuh dari film ini tidak menampilkan Kimberly atau Trini dalam balutan suit Ranger. Sebagian orang mungkin kecewa, tapi ane tidak. Film ini sukses menggiring sebuah cerita hero, tanpa berusaha menjadi hero di menit pertamanya.
Intinya, Power Rangers adalah film yang tidak buruk, tapi bisa dipandang sebagai film yang baik (baik lho, bukan bagus) kalau dipandang secara umum. Karena, memang ada bolong-bolong di berbagai sisi. Tapi kalau fanboy yang oke-oke saja menerima sebuah perubahan, film ini adalah semacam air putih dingin di tengah oase. Mantab pak.
Kabar baiknya, dengan mid-credit yang menyebut nama Tommy Oliver, dan pengumuman resmi dari Om Haim Saban
Akhir kata, semangat terus Tim Produksi Lionsgate dan Sabans Brand untuk film selanjutnya. Juga terima kasih buat reviewer yang sudah mengkritik film ini, ane sangat mengapresiasi. Tapi, sayangnya, ente pada ngritik ini film sebagai standalone dan melupakan bagaimana TV seriesnya. Tapi, yah... tetap terima kasih. Film ini memang tidak sempurna kok.
Yodah, segini sajalah.
Oyasumi...
ConversionConversion EmoticonEmoticon